Fotografi adalah seni yang akan terus kamu pelajari. Cara terbaik untuk terus berkembang adalah dengan sering berlatih, membuat kesalahan, dan terbuka untuk belajar dari orang lain
Membeli kamera baru merupakan salah satu hal yang membuat kamu semangat untuk mempelajari fotografi, namun perlu diingat bahwa fotografi yang indah tidak melulu bergantung pada alat apa yang kamu pakai. Berikut beberapa unsur yang kamu harus pelajari untuk membangun fondasi kemampuan fotografi yang kuat.
/*! elementor – v3.6.5 – 27-04-2022 */
.elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px}
1. Segitiga Eksposur (Exposure Triangle)
Segitiga eksposur hanya mengacu pada tiga elemen eksposur yang paling penting; ISO, aperture, dan shutter speed. Saat kamu memotret dalam mode manual, kamu harus dapat menyeimbangkan ketiga hal ini untuk mendapatkan foto yang tajam dan terang.
ISO: ISO mengontrol sensitivitas kamera terhadap cahaya. Pengaturan ISO rendah berarti kamera akan kurang sensitif terhadap cahaya, sedangkan ISO yang lebih tinggi berarti akan lebih sensitif terhadap cahaya. Pengaturan ISO 100 hingga 200 biasanya ideal saat memotret di luar ruangan pada siang hari, tetapi saat memotret dalam situasi cahaya rendah, seperti di dalam ruangan atau di malam hari, ISO yang lebih tinggi dari 400 hingga 800 atau lebih tinggi mungkin diperlukan.
Aperture: Aperture adalah bukaan di lensa yang mengontrol seberapa banyak cahaya yang masuk ke sensor kamera. Aperture yang lebih lebar (ditunjukkan dengan f-number yang lebih rendah) memungkinkan lebih banyak cahaya masuk, dibandingkan aperture yang sempit. Aperture rendah sangat bagus saat kamu ingin mengisolasi subjek foto, tetapi saat kamu ingin seluruh pemandangan menjadi fokus, seperti dengan pemotretan grup, kamu harus menggunakan aperture tinggi.
Shutter speed: Shutter speed mengontrol berapa lama shutter tetap terbuka saat kamu mengambil gambar. Semakin lama shutter tetap terbuka, semakin banyak cahaya yang masuk ke sensor kamera. Kecepatan shutter yang cepat bagus untuk membekukan aksi, sedangkan kecepatan shutter yang lebih lama akan mengaburkan gerakan.
2. Histogram
Mengecek hasil foto hanya dari layar LCD saja bukan cara yang dapat diandalkan untuk menilai eksposur pada foto. Hal ini karena foto mungkin tampang lebih terang atau gelap di layar LCD dibandingkan dengan hasil foto sebenarnya. Cara terbaik untuk memeriksa eksposur secara akurat adalah dengan belajar membaca histogram di kamera mu.
Histogram menunjukan grafik persebaran cahaya pada foto yang sudah kamu ambil. Belajar menafsirkan histogram akan memakan waktu dan latihan. Sisi kiri grafik mewakili shadow dan sisi kanan mewakili highlight. Jika grafik miring ke kanan, foto kamu mungkin terlalu terang dan kamu akan kehilangan banyak detail di area foto yang lebih terang. Jika grafik miring ke kiri, kemungkinan pencahayaannya kurang dan foto akan terlihat terlalu gelap.
3. Perspektif
Cara terbaik untuk menjadi sedikit lebih kreatif dengan fotografi mu adalah bereksperimen dengan perspektif. Pemandangan yang sama persis sering kali dapat terlihat sangat berbeda ketika didekati dari sudut yang berbeda, dan memotret subjek dari atas atau bawah dapat mengubah keseluruhan nuansa sebuah foto.
Tidak setiap sudut akan bekerja untuk setiap foto, tentu saja, tetapi kamu tidak akan pernah tahu apa yang berhasil dan apa yang tidak jika kamu tidak bereksperimen. Saat memotret binatang atau anak-anak, kamu dapat mencoba turun ke level mereka dan melihat dunia melalui mata mereka.
4. Rule of Thirds
Rule of Thirds (aturan sepertiga) adalah gagasan bahwa foto akan terlihat lebih menarik dan seimbang jika subjek diposisikan tidak pada posisi tengah frame. Kamu bisa membayangkan frame dibagi menjadi 9 grid dengan ukuran yang sama, posisikan subjek di titik perpotongan antara 9 grid tersebut dan foto akan terlihat lebih menarik
Tentu saja, fotografi adalah tentang kreativitas dan ekspresi pribadi, jadi terkadang kamu mungkin memilih untuk melanggar aturan ini dan menempatkan subjek di posisi lain yang menurutmu lebih menarik. Hal ini sangat bisa dilakukan setelah kamu mengerti Rule of Thirds dan sudah biasa dan mengandalkan intuisi untuk memposisikan subjek di posisi yang menarik dalam foto.
5. Background
Secara umum, latar belakang harus sesederhana dan sebebas mungkin sehingga tidak mengalihkan perhatian dari subjek utama foto. Warna yang diredam dan pola polos cenderung berfungsi dengan baik, karena kamu tidak ingin pusat foto malah terfokus pada background dibandingkan subjek foto sendiri.
Memperbaiki latar belakang yang mengganggu bisa sesederhana memindahkan subjek atau mengubah sudut, tetapi jika itu tidak berhasil, kamu dapat mengaburkannya dengan menggunakan aperture yang lebih lebar dan mendekati subjek sedekat mungkin. Cobalah untuk membuat background tetap netral, terutama jika kamu menempatkan subjek di samping foto dan latar belakangnya sangat terlihat.
6. Memotret dengan format RAW
Format RAW menangkap semua data gambar yang direkam oleh sensor kamera dan tidak mengompresnya seperti JPEG. Saat kamu memotret dalam format RAW, kamu tidak hanya akan mendapatkan gambar dengan kualitas lebih tinggi, tetapi juga akan memiliki kontrol yang jauh lebih besar dalam post-production, seperti memperbaiki masalah seperti over atau under exposure dan menyesuaikan hal-hal seperti suhu warna, white balance, dan kontras.
Satu kelemahan memotret dalam RAW adalah file memakan lebih banyak memori. Selain itu, foto RAW selalu memerlukan beberapa proses editing sehingga kamu harus berinvestasi untuk berlangganan software photo editing.
7. Post Production
Hasil foto tidak akan selalu terlihat sempurna meskipun kamu fotografer profesional. Berlangganan beberapa software photo editing yang bagus juga penting untuk menghasilkan foto yang ciamik. Beberapa proses pasca produksi yang biasa dilakukan berupa pengeditan dasar seperti cropping, menyesuaikan eksposur, white balance, dan kontras , menghilangkan noda dan banyak lagi.
Kebanyakan fotografer profesional menggunakan program seperti Adobe Photoshop atau Lightroom, tetapi jika kamu menginginkan sesuatu yang sedikit lebih murah untuk memulai, kamu bisa mencoba Photoshop Elements, Picasa atau Paint Shop Pro.